AKU UNTUK NEGERIKU adalah sebuah kata yang sungguh unik, mengapa? Satu sisi kata ini adalah sebuah judul artikel ini, disisi lain ini adalah sebuah pertanyaan untuk saya sendiri, yaitu sudah aku memberikan sesuatu untuk negeriku, sudahkah aku sadar bahwa negeriku sangat mengharapkan partisipasi aku untuk memajukan negeriku, ataupun ini adalah sebuah pernyataan yang sangat membuat sadar diriku khususnya, bahwa negeriku sangat menanti aku untuk bisa berbuat yang negeriku idamankan, entah menjadikan negeriku damai, negeriku tentram, negeriku aman, dan negeriku kuat.
Aku Untuk Negeriku Indonesia, ini adalah sebuah pertanyaan yang terus terpikirkan olehku, aku yang sebagai warga Negara Indonesia dan semua orang yang mempunyai kewarganegaraan Indonesia, entah itu orang Cina, orang Afrika, orang Malaysia, orang Singapura dan lain-lain. Pertanyaan ini menekankan kepada sudah berbuat apa aku untuk negaraku Indonesia. Apakah aku hanya merusak negeriku, atau aku sudah membuat sesuatu yang baik untuk negeriku, ataupun aku belum sama sekali berbuat sesuatu untuk negeriku.
Ini adalah sebuah tantangan bagiku untuk menjawab pertanyaan seperti itu Aku Untuk Negeriku Indonesia. Sebelum aku memberikan sesuatu untuk negeriku, alangkah baiknya jika aku memberikan gambaran tentang negeriku Indonesia. Kalau aku liat saat ini, sungguh sedih rasanya melihat negeriku yang begitu besar menjadi negeri yang sedang kacau balau. Banyak sekali masalah – masalah yang selalu timbul dan belum tentu masalah yang sebelumnya sudah terselesaikan. Aku yang mulai memikirkan negeriku Indonesia akan sedikit memberikan gambaran masalah – masalah apa yang terjadi dinegeriku.
Kenaikan harga BBM
Kenaikan harga BBM didalam negeri dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia yang sempat mencapai 130 US Dollar lebih per-barelnya.
Dilema, ya itulah yang kini dirasakan oleh pemerintah kita. Disatu sisi, bila harga BBM tidak segera dinaikkan, maka APBN akan semakin carut marut akibat pemberian subsidi BBM yang konon katanya hanya dinikmati oleh sekitar 40% orang kaya di negeri ini. Sedangkan bila BBM dinaikkan tentulah akan turut berdampak pada harga-harga baik pangan, sandang, maupun papan. Sebuah kemusykilan bila harga-harga itu tidak turut naik ketika harga BBM melambung. Kenapa? Bayangkan sendiri, distribusi bahan-bahan pangan, sandang, dan papan itu menggunakan jasa apa? Transportasi bukan? Dan alat-alat transportasi itu membutuhkan apa agar bisa beroperasi, bahan bakar alias BBM!
Satu lagi yang membingungkan, pernyataan pemerintah bahwa sekitar 40% BBM yang disubsidi itu hanya dinikmati oleh orang-orang kaya. Loh? Memangnya batas jelas antara kaya dan miskin itu seperti apa? Standar agar seseorang bisa dikatakan kaya atau miskin itu bagaimana? Lah, wong standar kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) saja berbeda dengan standar dunia. Standar kemiskinan menurut World Bank adalah mereka yang berpenghasilan dibawah $1 (yang kemudian dikoreksi menjadi $2) per-kapita per-hari, bagaimana dengan standar kemiskinan yang dianut oleh BPS? Seseorang dikatakan miskin bila berpenghasilan sekitar Rp.1.600 per-kapita per-hari, yang jika dikalikan 30 maka hasilnya adalah sekitar Rp.40.000 per-bulan. Dan standar seseorang bisa dikatakan kaya itu bagaimana? Apakah yang penghasilannya diatas satu juta per-bulan atau minimal sama dengan Upah Minimum Regional (UMR)? Orang kaya maupun orang miskin yang memiliki status kewarganegaraan Indonesia (WNI) termasuk kedalam rakyat Indonesia juga, bukan? Dan rakyat haruslah diayomi oleh pemerintah tanpa memandang status sosial ekonominya.
Dalam UUD 45 saja telah menegaskan bahwa kekayaan alam akan digunakan demi sebaik-baiknya kepentingan rakyat, kalau bisa gratis. Lah, kalo begini keadaannya? Dengan menaikkan harga BBM semaunya saja? Bagaimana?
Memang, negara kita mengimpor BBM namun kita juga produksi. Bukankah Indonesia juga pernah menjadi anggota OPEC, asosiasi negara penghasil minyak dunia? Lalu, mengapa disaat harga minyak naik, harga dalam negeri pun ikut-ikutan naik? Bukankah kita juga sepatutnya mendapatkan untung dari minyak yang kita produksi dan jual itu?
Kilah pemerintah, "APBN harus diselamatkan"
Apa pula ini? Memang benar, APBN harus diselamatkan! Tapi bagaimana caranya? Apakah harus mengorbankan kesejahteraan rakyat yang justru banyak diantaranya belum sejahtera?
Bantuan Langsung Tunai? Solusikah?
Ya, inilah salah satu program bijak pemerintah. Memanjakan rakyat miskin dengan memberikan uang Rp.100.000 per-orang per-bulan, dan harga BBM mereka naikkan. Bahkan pemerintah juga sempat mengeluarkan pernyataan yang menurut saya tidak logis, "bila mahasiswa/masyarakat menolak kenaikan harga BBM, hal itu juga berarti akan mengurangi rezeki rakyat miskin!". Menyesatkan! Coba dipikirkan dengan seksama makna dibalik pernyataan itu.
Okelah, mungkin dana BLT ini bagi sebagian orang memang bermanfaat. Namun, sejauh mana manfaatnya itu? Berapa hari uang itu akan dapat digunakan? Dan lagi-lagi penyalurannya masih harus dipantau dan diawasi dengan seksama. Sebab, beberapa kali saya lihat di TV ataupun koran, banyak rakyat miskin yang protes karena namanya tidak tercatat sebagai nominator penerima BLT. Sedangkan orang-orang yang tidak berhak justru mengipas-ngipaskan uang Rp.100.000 itu demi kepentingannya sendiri.
Kalau mau dihitung-hitung, berapa sebenarnya dana yang dialokasikan dan yang sebenarnya dibutuhkan pemerintah untuk menyukseskan program BLT ini? Berapa jumlah rakyat miskin di Indonesia? Kalikan saja dengan Rp.100.000. Berapapun hasilnya, itu adalah jumlah yang harus dikeluarkan pemerintah dalam satu bulan. Berapa lama program BLT ini akan dilaksanakan?
Mahasiswa Berdemo
Mendengar kenaikan harga BBM, maka kalangan mahasiswa mulai bereaksi atas kebijakan pemerintah tersebut. Tapi menurut pandangan saya, "buat apa berdemo! toh harga BBM tidak akan turun!". Secara tidak langsung ungkapan itu menyiratkan kebutaan dan ketulian pemerintah akan penderitaan rakyatnya. Mereka sudah tidak peduli lagi. Demokrasi sudah tidak dijunjung lagi. Komunikasi politik tidak lagi berjalan dengan sebagaimana mestinya sebab faktor yang dibutuhkan demi efektifnya suatu proses komunikasi sudah tidak ada lagi.
Rakyat dan mahasiswa yang berdemo kita asumsikan sebagai komunikator, dalam konteks ini, mengkomunikasikan aspirasi rakyat kepada komunikan, pemerintah. Komunikasi antara komunikator dan komunikan ini sudah tidak lagi berjalan efektif. Mengapa? Karena komunikan sudah buta dan tuli! Tidak mampu lagi melihat, mendengar, bahkan merasakan apa yang dikatakan komunikator! Komunikator ngoceh sendiri, sampai jerit-jerit malah, namun komunikan cuek bebek.
Sehingga tidak efektifnya berdemo dengan damai, tidak digubris oleh pemerintah, maka mahasiswa berdemo dengan lebih anarkis, tujuannya hanya untuk didengarkan aspirasinya. Yang secara keseluruhan aspirasinya itu bersumber dari rakyat. Sehingga demo anarkis itu menjadi berutal. Yang Pemeran utama dalam demonstrasi yang brutal ini adalah 'oknum mahasiswa' dan 'oknum polisi'. Mengapa? Sungguh aneh bila yang melakukannya adalah mahasiswa yang boleh dikatakan agent of change ataupun elit pemuda yang berpendidikan tinggi serta berwawasan luas dan polisi yang katanya adalah pengayom masyarakat.
Pengejaran, pelemparan batu, pemukulan, penembakan, hingga berbagai tindak kekerasan lainnya dilakukan oleh kedua oknum ini. Miris memang melihatnya. Bukankah 'oknum mahasiswa' dan 'oknum polisi' merupakan segelintir kalangan yang merasakan dampak dari kenaikan harga BBM itu?
Itulah sedikit gambaran tentang masalah negeriku Indonesia yang aku titik beratkan pada paristiwa kenaikan harga BBM, belum lagi masalah – masalah yang lain seperti bencana banjir di Jakarta, bencana lumpur lapindo, pejabat – pejabat korupsi, kemiskinan yang tak pernah terselesaikan ataupun tragedi 98 yang sangat tragis, dan masih banyak lagi. Yang kalau aku jelaskan satu per satu akan menjadi tiada habisnya.
Tapi bukan itu yang aku ingin tulis di Artikel Aku Untuk Negeriku ini, tapi solusi dari semua permasalahan itu. Permasalahan yang dari dulu belum selesai ataupun permasalahan yang saat ini sedang terjadi. Apa yang aku harus lakukan untuk negeriku ataupun tidak hanya aku tapi semua orang warga Indonesia harus mencari solusi apa yang terbaik untuk masalah – masalah yang ada. Karena masalah – masalah seperti ini tidak hanya akan selesai hanya oleh segelincir orang ataupun hanya pejabat saja atau hanya rakyat saja, tapi semua harus bersatu dan bersama sama memikirkan Indonesia ini agar masalah – masalah yang ada saat ini bisa terselesaikan dengan cepat dan baik.
Aku teringat sajak yang dibacakan Dedy Mizwar tentang Indonesia di masa depan untuk bangkit dari masalah dan keterpurukan.
Bangkit itu susah
Susah melihat orang susah
Senang melihat orang senang
Bangkit itu takut
Takut korupsi
Takut makan yang bukan haknya
Bangkit itu mencuri
Mencari perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu marah
Marah bila martabat bangsa dilecehkan
Bangkit itu malu
Malu jadi benalu
Malu karena minta melulu
Bangkit itu aku
Untuk Indonesiaku
Ini adalah sebuah sajak yang menurut aku mempunyai makna yang sangat mendalam bahwasanya untuk bangkit itu banyak sekali rintangan dan memerlukan pengorbanan yang sangat besar dari seluruh elemen warga Indonesia, mulai dari presiden, para menteri dan pejabat, kalangan militer dan polisi, dan rakyat Indonesia tentunya. Mari kita bersama – sama membangun Negara Indonesia ini menjadi Negara yang damai, tentram, aman, dan Negara yang kuat Sehingga makna dari Artikel ini tentang Aku Untuk Negeriku bisa dipahami, dimengerti, dan diimpementasikan oleh aku khususnya dan semua warga Indonesi umumnya.
0 comments:
Post a Comment